Tutup
Kabar

Kacang Koro Pedang Solusi Ketika Kacang Kedelai Sulit dan Mahal

×

Kacang Koro Pedang Solusi Ketika Kacang Kedelai Sulit dan Mahal

Sebarkan artikel ini

PWkab.com – Di tengah isu ketergantungan impor kedelai yang tak kunjung usai, angin segar berhembus dari Purwakarta.

Wakil Bupati (Wabup) Purwakarta Abang Ijo Hapidin menggandeng seorang ahli pertanian inovatif, Agus Soma, untuk memperkenalkan potensi besar kacang koro pedang sebagai alternatif kedelai yang menjanjikan.

Iklan
Iklan

Diskusi hangat yang dilakukan Abang Ijo yang diunggah melalui akun sosial media tiktok pribadinya dengan akun @bangwabup.purwakarta, menjadi sorotan dan diharapkan mampu memberikan solusi konkret bagi petani dan masyarakat luas.

Dalam pertemuan itu Abang Ijo menyampaikan keprihatinannya terkait kesulitan dan mahalnya kedelai impor yang selama ini menjadi bahan baku utama berbagai produk pangan populer seperti tempe dan kecap.

“Hari ini kita kedatangan sahabat Abang Ijo yang bergerak di bidang pertanian, yaitu kacang koro pedang. Ini adalah solusi ketika kedelai susah dan mahal, yang selama ini harus kita impor,” ujar Abang Ijo dengan antusias.

Agus, yang memiliki latar belakang di bidang perikanan, berbagi kisah menarik tentang bagaimana ia menemukan potensi kacang koro pedang.

“Saya ini orang perikanan, urusin udang dan ikan. Tapi setiap kali jalan-jalan ke daerah, saya selalu melihat orang makan tempe. Ternyata bahan baku tempe kita hampir 90% impor. Suatu ketika, saya melihat ibu-ibu menjemur kacang koro. Saya tertarik, saya bawa ke Bogor, saya tanam, dan ternyata bisa dibuat tempe yang enak,” ungkap Agus.

Keunggulan kacang koro pedang sebagai alternatif kedelai pun terungkap. Selain potensi hasil panen yang menjanjikan, kacang koro pedang juga dinilai lebih unggul dari segi kesehatan karena dapat dibudidayakan secara organik dan non-GMO (Non-Genetically Modified Organism).

“Kita sekarang lagi konsen dengan pupuk organik, karena pertanian zaman dulu yang katanya modern dengan pupuk kimia itu merusak lahan,” tegas Agus.

Ia menambahkan bahwa budidaya organik akan menghidupkan kembali unsur-unsur tanah sehingga lebih subur dan ramah lingkungan.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa kacang koro pedang memiliki siklus panen yang relatif singkat, sekitar 5-6 bulan untuk panen kering yang diperuntukkan sebagai benih atau distribusi jarak jauh.

Namun, jika diolah langsung di lokasi penanaman, panen bisa dilakukan lebih cepat, bahkan berpotensi dua kali dalam setahun.

Keuntungan lain yang disoroti adalah bobot kacang koro pedang yang lebih berat dibandingkan kedelai, yang berpotensi memberikan keuntungan lebih bagi petani.

Dari segi hilir, Agus memaparkan bahwa 1 kilogram kacang koro pedang kering dapat menghasilkan sekitar 5,5 bungkus tempe.

Meskipun saat ini produk olahan kacang koro pedang masih bersifat eksklusif, Agus optimis bahwa dengan peningkatan produksi, harga jual akan lebih terjangkau dan bahkan lebih efisien dibandingkan tempe kedelai.

“Dijamin lebih murah dan lebih sehat karena non-GMO dan organik,” ujarnya yakin.

Abang Ijo menegaskan komitmennya untuk mengembangkan potensi kacang koro pedang di Purwakarta dan wilayah lainnya di Indonesia.

Ia menawarkan solusi bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan maupun pengetahuan tentang cara menanam kacang koro pedang yang baik dan benar.

“Bagi masyarakat yang enggak punya lahan, Abang Ijo punya solusinya. Terus enggak punya ilmunya, nanti ada sahabat Abang Ijo ahlinya dibawa,” janji Abang Ijo.

Lebih dari sekadar menanam, inisiatif ini juga mencakup pengembangan industri pengolahan kacang koro pedang dari hulu hingga hilir.

Mulai dari penanaman, panen, hingga pengolahan menjadi berbagai produk seperti tempe, kecap, bahkan brownies dari tepung kacang koro. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta kemandirian ekonomi di tingkat lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor.

“Intinya diskusi hari ini kita mau membahas tentang pertanian dan memberikan solusi untuk masyarakat. Ke depan bersama sahabat Abang Ijo kita kembangkan kacang koro ini di setiap wilayah yang ada di Indonesia khususnya di Purwakarta,” tegas Abang Ijo.

Ia berharap inisiatif ini dapat mengistimewakan masyarakat Purwakarta melalui pemberdayaan sektor pertanian.
Menutup perbincangan, Agus menyampaikan sebuah semboyan yang menginspirasi.

“Mari makan apa yang petani kita tanam. Dengan begitu, petani bisa mendapat penghasilan dan ketahanan pangan akan terjamin.”

Ia pun menyatakan kesiapannya untuk turun langsung ke lapangan bersama Abang Ijo, memberikan pendampingan kepada masyarakat yang tertarik untuk menjadi petani kacang koro pedang yang sukses.

Inisiatif pengembangan kacang koro pedang ini sejalan dengan asta cita presiden terkait ketahanan pangan dan program makan bergizi.

Kandungan protein yang cukup tinggi (sekitar 23%) dan karbohidrat (sekitar 50%) dalam kacang koro pedang menjadikannya pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia.

Dengan semangat dan keyakinan yang tinggi, Abang Ijo dan Agus Soma siap menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan potensi kacang koro pedang, mewujudkan kesejahteraan petani, kemandirian pangan lokal, dan ketahanan pangan nasional.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *